Wey, jangan bengong di situ dong!” Teriak Yukin dari depan kantor Sekolah. “tunggu
ntar, aku kesana” balasku. Tampak olehku sosok-sosok manusia yang akan menjadi
parnerku dalam menjalani hidup selama dua tahun ke depan. Tampak juga olehku
Ibu Nur, guru biologi satu-satunya setelah Ibu Ayu pindah mengajar di sekolah
yang lain. dia juga satu-satunya guru yang masih single walaupun usianya sudah
sangat dewasa untuk berkeluarga.
“Hey, Syukri, ngapain lho bengong, sambil liat
gitu ma Ibu Nur, naksir yaaa….” Ejek
Arman mengawali keterlambatannya datang ke sekolah.
“udah, kesana cepat sebelum kamu ketinggalan
kereta. Lagian kamu ga punya hak mengurusi hal-hal yang bersifat personal”
balasku.
Sambil menuggu pengumuman kenaikan kelas untuk kelas
III usai, aku, Kahar, Rika, Rahma, dan teman-teman sekelasku lainnya bercanda
ria di depan kelas II. 4, yang kala itu sudah kosong melompong ditinggal pergi
oleh penghuninya. Banyak diatara teman-temanku yang tidak sabaran menunggu saat
yang sangat mereka nantikan.
“Olong, apa
kamu yakin kita akan naik kelas?” tanyaku kepada Raham yang akrab kami sapa
dengan panggila “Olong” membongkar kesibukan teman-temanku.
“Kalo kamu sih aku yakin, pasti naik kelas. Kamu
pintar, rajin, dan tidak pernah terkena kasus yang memberat kamu, iyakan?, tapi
kalo untuk diriku sendiri lain lagi ceritanya. Aku tidak pernah masuk 10 besar
bahkan banyak nilai-nilaiku banyak yang merah. Oh iya, kemarin aku dengar Pak
Sultan bilang kelas II tahun ini akan terbagi atas lima kelas dan di urut
berdasarkan rangking yang diperoleh siswa, bagi siswa yang meraih rangking satu
sampai enam akan ditempatkan di kelas II.1, kelas khususnya katanya, rangking
berikutnya akan menempati kelas berikutnya, demikianlah seterusnya” jelas Rahma
panjang lebar. Sambil mendengarkan dia melanjutkan pembicaraannya, aku terus
saja memandangi teman-temanku yang asyik bercanda, dan mendengarkan nama-nama
mereka disebutkan oleh Ibu Nur yang bertindak sebagai informan saat itu.
“Andai aku bisa Bergembira seperti mereka” bisikku
dalam hati.
Mungkin karena aku merindukan kehadiran orang
tuaku setelah lebih dari 4 tahun tidak mendampingiku, mendengarkan pengumuman
seperti ini, terhitung sejak pengumuman kelulusan di sekolar dasar. Walaupun
setiap tahunnya aku mendapatkan kiriman, tapi itu terasa tidak mampu
menghilangkan rasa rindu terhadap mereka. Untunglah aku punya teman; yukin
jawara kelasku tiap semesternya, Andi orang terjail, Ippang dramer paling ngetop sekelas merangkap
sebagai vokalis, Sainul, Juna, Irfan, Asbudi, Salman, dan Ahmad komplotan cowok
paling cool sekelas, Kahar yang menjadi penghalangku meraih rangking dua, Rahma
cewek super Feminim sejagat kata Rika cewek paling kecil sekelas namun punya
otak yang cerdas dan banyak lagi teman-temanku yang lainnya.
“Syukri, dah giliran kelas satu tu, kesana
yuk” ajak Ayu, cewek paling tomboi di
kelasku bahkan satu sekolah tidak ada yang mampu merebut predikatnya itu.
“Kamu duluan aja yah, aku akan menyusul dengan
teman-teman yng lain” cobaku ngeles menyembuyikan apa yang aku pikirkan.
Semua siswa kelas I atau calon siswa kelas II
sudah berkumpul di depan kantor, menantikan hasil yang panen dari benih yang mereka
tanam selama kurang lebih setahun. Wajah mereka tampak berseri-seri seakan tidak
perduli dengan hasil yang mereka peroleh. Hanya beberapa orang diantara mereka
saja yang tampak sama denganku, ragu,
khawatir, pucat, nervous, dan kurang percaya diri. Diantara mereka juga
terselip beberapa anak kelas III yang sebentar lagi harus mengangkat kaki dari SMA,
entah apa yang mereka lakukan.
Sementara anak kelas I yang selesai MOS alias Masa
Orientasi Siswa beberapa hari yang lalu masih terlihat segan terhadap
senior-seniornya. Tergambar jelas di wajah mereka perasaan itu, kecuali
beberapa orang di antara mereka yang langsung bisa beradaptasi dengan
lingkungan SMA. Banyak juga diantara mereka yang menantikan giliran mengisi
waktu luang dengan menceritakan pengalaman-pemgalaman semasa ospek.
Masa yang paling aku takuti akhirnya menghadang
juga, masa dimana giliran kelasku tiba. Satu persatu nama teman-temanku
disebutkan oleh Ibu Nur.
“Seksi juga ya kalau nama kami disebut oleh
Ibu Nur melalui mikrofon itu” bisikku
dalam hati.
Saat itu semua temanku hadir dan berkumpul di satu
tempat, tempat yang biasanya digunakan oleh anak-anak Bikers parkir motor. Tempatnya lumayan bagus, teduh, dan terasa
berada di alam bebas dengan aroma tanah basah dan kicauan burung yang
bertengker dan bersarang di atas pohon petai
china yang lagi subur-suburnya dengan bunga yang sedang bermekaran, tampak
juga setangkai dua tangkai buah yang masih hijau.
“Tahun ini adalah tahun dimana keberkahan itu
turun, tahun dimana kita akan mati-matian memperolehh dan mempertahankan apa
yang telah kita peroleh selam asetahun yang lalu.” Jelas Ibu Nur.
“Kami juga sangat berharap anak-anakku sekalian
bisa menarik hikmah dari semua yang telah kita lalui bersama.” Lamjutnya dan
segera menyebutkan nama-nama siswa berserta kelas yang pantas buatnya.
Keteganganku meningkat sampai-sampai aku tidak
sadar kalau namaku sudah disebutkan bahkan aku juga tidak sadar kalau
pengumuman untuk kelasku telah berakhir dan berlanjut ke kelas lainnya.
“Aku harus bisa menjadi yang terbaik di kelas dua
nanti, aku harus bisa mengalahkan Yukin, dan aku akan membuktikan keteman-temanku
kalau aku juga bisa menjadi yang terbaik di antara orang-orang terbaik dan aku
juga harus bisa membuktikan kepada adikku yang cantik bahwa kakaknya ini bisa
menjadi andalan dan panutan buatnya. Aku juga harus membuktikan kesanak
keluarga bahwa aku bukanlah parasit
yang kerjanya hanya mengahabiskan segalanya dan hidup untuk dirinya sendiri ”
pikirku sepanjang pengumuman berlangsung.
Karena pada saat itu aku juga yakin kalau akan
ditempatkan di kelas yang sama dengan Yukin dan jawara-jawara kelas yang
lainnya mulai dari 1.i sampai 1.v, makanya aku hanya berpikir untuk mengalahkan
Yukin sahabat yang membuatku terpacu untuk belajar dan bersaing secara sehat sebagaimana perjanjianku
dengan Adi semasa Aku masih SMP.
“Terima kasih Yukin, Kahar dan teman-teman
sekalian, sebentar lagi kita akan memulai babak yang baru, babak dimana kita
harus mengakui keberadaan yang lain” ucapku dalam hati mengiringi tatapanku
satu persatu ke wajah teman-teman yang segera menjadi musuh bubuyutanku dan
menuju ke ke kelas yang dimaksudkan oleh Pak Kadir, wali kelasku yang baru, tak
lama setelah ia memberikan sedikit ucapan selamat.
*****
“Aku tidak yakin kamu bisa mengalahkanku Syukri,
tidak dalam segala hal, apalagi kalau tentang kepintaran, akulah yang paling
unggul ketimbang kau Syukri, ha...ha...” mebangunkanku dari tidur yang lelap
setelah menjalani rutinitas sebagai pelajar kemarin, dan megulang semalaman
sambil Mengerjakan PR Bahasa Inggris.
“Tidak Adi, Aku akan membuktikan kalau aku lebih
baik dari yang kamu pikirkan” lalu bangkit dari pembaringan dan menuju sumur,
mandi kemudian ambil air wudlu untuk shalat subuh.
Mungkin karena perjanjianku dengan Adi atau karena
teman-temanku yang siap bertarung menghadapi semester awal di kelas dua yang
membuatku sadar dari rasa benci hari senin menjadi sangat menantikannya bahkan
tanpa dibangunkan sebagaimana hari-hari lainnya, aku akan bangun sangat cepat dan
bertindak sebagi waker buat adikku
yang juga baru menginjakkan kaki di indonesia dua tahun lalu dan sekarang sudah
kelas dua SMP.
Mata pelajaran pertama hari itu adalah Bahasa
Inggris, mata pelajaran yang paling aku favoritkan terlebih lagi jika pelajaran
itu dibawakan oleh Pak Ompo’ guru yang juga menjadi donatur terbesarku semasa
kelas satu,tapi sayangnya, dia hanya mengajarkan Bahasa Inggris sampai semester
satu berakhir kala itu. Pada umumnya, semua teman sekelasku menyukai caranya
mengajar, bukan karena dia mengusai materi yang akan dia bawakan dengan baik, tetapi
karena ia mampu meguasai kelas serta tahu bagaimana cara membuat semua siswanya
paham tentang materi yang dibicarakan. Disamping itu, dia juga sering
menyertakan sebuah petua yang bagiku itu sangatlah bermanfaat, baik secara
langsung maupun tidak, baik itu cepat atau lambat, pasti akan bermanfaat.
“Sekarang kalian sudah kelas dua, dan sebentar
lagi kalian akan meninggalkan sekolah ini, ke mana kalian akan pergi?’ tanyanya
suatu ketika kami lagi asyiknya mengerjakan tugas individu yang ia berikan.
Semua siswa yang mendengarkan ucapan Pak Ompo
tercengang dan tak tahu harus menjawab apa. Siswa yang tadinya sibuk
mengerjakan tugas berhenti, hanya kepala yang tertuju kepada Pak Ompo, mungkin
pertanda kami menantikan kelanjutannya. Tapi, penantian itu bagaikan jalan yang
tak berujung, jarak yang tak terukur, dan pastinya sangat membingungkan Hingga kesokan harinya, kami juga
belum mendengarkan kelanjutan pertanyaannya, jadilah kami orang yang terus
bertanya pada diri sendiri, tanpa pendamping yang mengawal jalan pemikiran
kami.
“Apa kalian tahu siapa diri kalian sebenarnya,
berasal dari mana, dan akan ke mana?” tanya lagi ke disela-sela jam
mengajarnya.
Seperti biasanya, tak seorangpun diantara kami
yang menjawab, mungkin saja ada yang tahu, hanya saja karena takut salah hingga semua yang ingin
disampaikan buyar begitu saja, atau mungkin kami benar-benar tidak tahu sama
sekali. Untunglah hari ini Pak Ompo lagi bermurah hati, dia menjelaskan dengan singkat.
“kalian sudah dewasa, maka sudah sepantasnya
kalian berpikir dewasa juga. Kalian tahu berasal dari mana, berada di mana, dan
akan ke mana?” ulangnya pertanyaan yang ia sampaikan beberapa saat yang lalu,
tapi lagi-lagi kami tak mampu menjawabnya.
“Anak muda itu suka menghayal sebelum tidur,
bukannya berdo’a, cobalah sesekali kalian hayalkan diri kalian sendiri”
“caranya Pak?” tanya salah satu diantara kami.
“Sebelum tidur malam nanti, coba kalian merenung
sejenak dengan letakkan tangan kiri kalian di belakang kepala dan tangan kanan
di atas wajah sambil menengadah ke atas langit-langit rumah, kemudian tanyakan
pertanyaan-pertanyaan tadi.” Jelasnya sesingkat-singkat mungkin kemudian
melanjutkan kembali pelajaran yang sempat tersendak.
Cara inilah yang kami sukai darinya, mengajar
sambil memberikan petuah-petuah. Berbeda dengan sebagian besar guru-guru yang
hanya mengajar bak mesin pengajar dan kalaupun ada cerita, itu hanyalah sebuah
pengalaman yang entah benar salahnya karena kebanyakan dari cerita-cerita
tersebut terlalu dibesar-besarkan hingga terasa terlalu berat untuk dicerna
oleh akal.
Setelah pelajaran Bahasa Inggris usai, kelas
kembali ribut tak terkendali, ada yang calla-calla, laga-laga, belajar, bahkan
ada juga yang “menyet”. Kebetulan jam
berikutnya kosong, jadi, kami bisa sedikit bersantai, tapi lainnya halnya
denganku.
Kebanyakan anak-anak kelas II1 hari itu
bergembira Asbar, Juanda, Syamsul, dan Yukin menikmati minggu keduanya sekolah.
Mereka juga sudah membentuk team yang bernama JAYS singkatan dari Juanda,
Asbar, Yukin dan Syamsul. Mereka sangat akur, dan merupakan kelompok para
jawara kelas.
Seiring berjalannya waktu, aku juga mulai akrab
dengan semua teman-teman sekelasku yang baru, kami juga mulai membentuk kelompok
yang lebih besar. Awalnya sangat ribet, kami bahkan saling mengejek, ada yang
memunculkan karakter mahluk asing yang
berasal dari Pluto, yang penuh dengan bongkahan emas hingga makanan merekapun
hanya emas, ada yang berasal dari merkurius, yang tidak makan makanan seperti
manusia bumi tapi mereka hanya menikmati udara murni, namun masih juga ada yang
ingin hidup di bumi walaupunn tanpa emas, tanpa udara murni yang konon
katanya lebih mulia dari unsur apapun yang ada di muka bumi ini.
Dan akhirnya, kami sepakat untuk membuat baju
persatuan kelas, maka dibuatlah sketsa baju dengan gambar yang merupakan simbol
penyatu siswa kelas II1 dengan selogan II1 is the best walaupun
beragam karakter, simbol yang tersusun
atas tiga batangan balok yang saling menyilang yang kemudian dikukuhkan dengan
ikatan lingkaran besar, mengikat antara sudut yang satu dengan sudut yang
lainnya hingga terbentuklah sebuah simbol yang sangat berarti buat kami. Simbol
yang tercipta atas kerjasama anggota Team
Anarki dengan teman-teman sekelas,
simbol yang menjadi pembentuk karakter kami, simbol yang menyatukan ide-ide
kami dan simbol yang memperkenalkan kami pada dunia yang tak lelah menyediakan
tantangan dan simbol yang memperkenalkanku pada sahabat-sahabat yang tangguh
dan kreatif.
Wrote by Syiwa05
Baiklah...aku kan tetap menunggu...hehehehe
BalasHapus