Wey, jangan bengong di situ dong!” Teriak Yukin dari depan kantor Sekolah. “tunggu
ntar, aku kesana” balasku. Tampak olehku sosok-sosok manusia yang akan menjadi
parnerku dalam menjalani hidup selama dua tahun ke depan. Tampak juga olehku
Ibu Nur, guru biologi satu-satunya setelah Ibu Ayu pindah mengajar di sekolah
yang lain. dia juga satu-satunya guru yang masih single walaupun usianya sudah
sangat dewasa untuk berkeluarga.
Tampilkan postingan dengan label My World. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label My World. Tampilkan semua postingan
Rabu, 22 Maret 2017
Selasa, 21 Maret 2017
PILIHAN
Andaikan malam belum
larut
Membawa cerita beku
yang lalu
Akan kutemani kau
menyendiri
Mengenang masa-masa
indah itu
Alangkah rapuhya hati
tanpamu
Mudahnya goyah
pijakan kaki ini
Tanpa genggaman
jemari manismu
Gemulai menyapa
penjaga hati
Tak urung niatku
menepi
Membuang hasratku
jauh pergi
Demi cinta yang belum
bersemi
Sedang musim t’lah
berganti
Salah memang aku kala
ini
Yang terus pakai
topeng
Melindungi sosok
alsiku
Yang semakin menjauh
Apa ku harus terus
begini?
Diam membisu tanpa
nada?
Atau haruskah ku gali
lubang untukku
Biar tak lelah mereka
natinya?
Tidak!!! Aku hanya
ingin hidup
Tapi,,tidak tanpamu.
Ku ingin bebas pergi
kemanapun
Tidak,tidak tanpamu,,
Jangan pergi!!
Biar kutemani kau
menyendiri
Tapi, jangan halangi
aku pergi
Karena atas
kehendakmu sendiri!
Andaikan itu
pilihanmu
Mati pilihanku, bisa
kepastianku
Maya tidak untukmu
Karena kau bebas
sebagai dirimu?
Sabtu, 18 Maret 2017
BERAKHIR SUDAH
Berakhir sudah
segalanya
Cerita tentang kita
Mimpi-mimpi tentangmu
Harapan tuk hidup
bersamamu!!
Dulu,, aku sendiri
Sampai cintamu mengisi
Kini ku sendiri ku
sendiri
Ketika cintamu pergi
Aku sadar sepenuhnya
Kau lebih pantas
untuknya
Takkan bisa jadi
milikku seutuhnya
Walau sangat
mendambakanmu
Aku tau t’lah kalah
Jauhh sebelum melangkah
Pergimu aku ikhlas
Walau harus menekan
nafas
Aku, aku relakan
pergimu
Dar penjagaan dekapanku
Biar, biarlah ku
sendiri lagi
Takkan, takkan pernah
ku menanti
Semua berakhir sudah
Kala ikatanmu dengannya
sah
Hanya do’a kupanjatkan
Seraya kenganmu
kutinggalkan
Seiring air mata
menetes
Tetap haitku ikhlas
Menutup cerita kita
berdua
dalam altar hati nan
bahagia
Biar ku sendiri lagi
Biar kisah kita mati
Takkan pernah melupakan
Takkan pernah pula
mengingatmu
Jalanmu adalah
bersamanya
Cintamu adalah untuknya
Aku memang t’lah
berlalu
Namun,, takkan pernah
menunggumu!!!
Selamat tinggal!!!!
Composed By Syiwa05
Jumat, 17 Maret 2017
KANTUK
Sepuntung rokok
menemani dudukku
Tanpa suara dan kebisingan
Ah…..
Sepi….
Tanpa suara dan kebisingan
Ah…..
Sepi….
Terus saja mata
melototi
Menghilamgkan kantuk
sendiri
Di tengah malam yang
sunyi
Mana suara raja
malam?
Kadang mengganggu
tidur?
Masih saja berpikir
tengah,,
Kepulan asap sang
noda.
Ah…
Keluh masih terdengar
Namun, kantuk menjauh
pergi,
Waktu berlalu senja
Menjadi suara tak
menyenangkan
Sembari kantuk terus
menghantui
Mengharap Zeus muda
kembali.
Adanya altar tempat
pelarian
Hingga diri terasa
kuda ganti
Dengan tenaga baru!!
Tapi,, tetap saja ia
iri
Diibaratkan kami anak
kecil
Belum matang dengan
pengalaman!!
Kamis, 16 Maret 2017
KATANYA
Katanya…
Aku
menyesal terlahir ke dunia ini
Hingga
ku kepal jemariku erat
Seraya triakku menggelegar…
Katanya…
Aku terlahir
lalu dititipkan
Kepada mereka,
ayah ibuku…
Katanya…
Wajib
bagiku berbakti kepada mereka
Hingga akhir hayatku nanti
Nyatanya…
Aku tak pernah
menyesal, terlahirkan
Tak pernah ragu
karena dititipkan
karena mereka
begitu menyayangiku…
Namun…
Aku
sepenuhnya sadar bahwa
aku
belumlah memenuhi kewajibanku, malah sebaliknya.
Ku
biarkan air matanya menetes…
Rabu, 15 Maret 2017
SEKALI LAGI
Hilir mudik para praja
Seraya berbisik diantara mereka
Dan tatapan sarat makna
Sekali lagi ia berlalu
Dengan kata yang sama
Dan tatap lebih tajam
Lebihnya hanya tangan-tangan jail
Sekali lagi meraka berlalu
Bersama tangan-tangan jail mereka
Dan sikap jenaka yang dibuat-buat
Hingga tampak aneh
Sekali lagi mereka berlalu
Tanpa perubahan berarti
Tapi…. Lihat….
Itukah para praja?
Selasa, 14 Maret 2017
Build an Empire
Next,,, I met you in a short time
crying, raining, firing, burnt us
then... fell into the nightmare
on the firing serine...
Then.... I saw us in the mind
firing in freezing breeze...
feel the sun burnt you die
yet,,,when you couldn't catch it down
yet,,,when the wind blew
yet,,,before your eyes opened
then... empire grew in cotton
fell into the dark water
and build it more higest
but felt again
throw the bomb down
just enjoy the hot wind
firing, cooling...
yet,,,when your eyes still closed
crying, raining, firing, burnt us
then... fell into the nightmare
on the firing serine...
Then.... I saw us in the mind
firing in freezing breeze...
feel the sun burnt you die
yet,,,when you couldn't catch it down
yet,,,when the wind blew
yet,,,before your eyes opened
then... empire grew in cotton
fell into the dark water
and build it more higest
but felt again
throw the bomb down
just enjoy the hot wind
firing, cooling...
yet,,,when your eyes still closed
Syiwa05
Ternate, November 27th, 2011
Jumat, 01 Februari 2013
Hanya Bayang Hitam II
“Akhirnya, ada juga di antara kita yang mau memulainya.” ujar Vicky bercanda sambil menyalami tangan sahabatnya, Ricky.
“Jangan salah bro, kan ini sudah tertulis dalam hidup kita sejak masih kelas 2 SMA duu. Jadi, siap-siaplah menyusul’ balasnya. Sontak tawa mereka membahana mengalahkan suara music dan riuhnya tamu malam itu.
*****
Kamis malam, ruang kelas II.1 yang biasanya mereka gunakan belajar pada siang harinya menjadi kamar mereka tidur. Berbantalkan lengan, berselimutkan sejuknya angin malam yang berhembus menembus pekat malam, masing-masing beralaskan 3 buah meja yang mereka rapatkan, berusaha memejamkan mata.
“Gimana 10 tahun kemudian yach?” Tanya Franky memecah bekunya malam
“Saat itu, Franky Junior sudah ada” jawab Vicky setengah malas bicara.
“Ha…ha…ha….” Gema tawa mereka memnuhi ruang kelas
“Kalo menurutku sich, Rikho Junior dulu” Ujar Syam
“Bisa jadi Vicky Junior dulu yang ada” tebak Junto
“Waaa….ndak bisa gtu dong. Kita harus mendahulukan yang lebih tua” Usul Vicky
“Hmm..sebagai ketua yang baik, saya siap menjadi pendamping anggotaku untuk melangkah pertama” lanjut Ricjy.
Mereka lau terdian, bergantian menatap satu dengan yang lainnya kecuali Ricky yang tampak keheranan.
“What? Is there something wrong?” tanyanya penasaran
“Wkwkwkwk….” Tawa mereka pecah melihat wajah Ricky yang tampak bodoh.
“Rick, yang lebih tua, bukan ketua. Jadi yang kami maksud tu ya mang kamu dulu” jelas Franky
“oleh juga tuch, dibuka oleh Ricky, disusul Junto, Vicky, Rikho, Franky, dan saya yang tutup. Gimana?” usul Syam
Malam itu terasa sangat singkat meski tak seorangpung di antara mereka yang benar-benar sepakat dengan urutan-urutan yang diutarakan Syam. Tapi, mereka semua sependapat dengan pembukaan harus oleh yang tertua dan kebetulan, Ricky, ketua kelompok merekalah yang tertua.
*****
Tahun demi tahun berlalu, Vicky, Syam, Junto, dan Franky makin sibuk dengan aktivitas kampus. Di antara mereka, hanya Franky yang beda almamater. Dia lebih memilih memperdalam pengetahuannya tentang computer dan jaringan. Vicky, Junto dan Syam kuliah di tempat yang sama tetapi beda Fakultas. Junto memilih Teknik elektronika, Syam mempermantap ilmu kimia dan Vicky bergelut dengan dunia bahasa. Sementara Ricky dan Rikho terpaksa nganggur lantaran keterbatasan biaya.
Kebiasaan mereka ngumpul tak lagi seintens dulu. Vicky menghabiskan hari-harinya di kampus. Sesekali, dia berkunjung ke kostannya Syam dan Junto yang tak jauh dari kampus mereka kuliah.
“Vick, tau ndak kabar terbaru tentan gRikho?” Tanya Junto
“Ndak, mang kekacauan apa lagi yang dia perbuat?”
“Dengar-dengar, bulan 12 nanti dia akan dinikahkan”
“Haaa… dinikahkan? Baunya ndak enak”
“Iya. Kabar beredar, dia membawa lari anak gadis orang”
“Kamu percaya kabar itu?
“Saya yakin Rikho ndak sebodoh itu tapi kabar ini sudah ndak bisa dinafikan lagi kebenrannya. Apala…”
“sebentar…” sela Vicky ucapan Junto yang ingin menjelaskan lalu ia menekan tombol dial menghubungi Rikho.
“Waalaikum salam,gimana kabarnya sob?”
“Alhamdulillah,… oya, saya dengar kabar yang tidak menyenangkan. Apa itu benar?”
Rikho lalu menjelaskan duduk permasalahannya. Vicky dan Junto hanya mendengarkan penjelasan Rikho melalui telepon yang Vicky loudspeaker.
Setelah cukup lama berbincang-bincang, merekapun tau duduk permasalahan yang sebenarnya. “Niat baik mang selalu mendapat ujian partner… yap, sampe ketemu besok. Wassalamualaikum wr. wb” lalu Vicky menutup teleponnya dan bergegas pulang
“Aku mau pulkam, mau ikut?” ajak Vicky
“Haaa…buat??? Tanya Junto setengah mengangah keheranan
“Buat ketemu Rikholah. Lagian mianggu ini ndak punya kerjaan”
“Ouw….saya titip salam aja buat dia. Semoga masalahnya cepat kelar”
“Kalo gtu aku cabut dulu. Wassalam”
Vicky kemudian mengendarai motor maticnya melaju menyusuri gang-gang menuju kampung halamannya.
*****
Kurang lebih jam 9 pagi Vicky tiba di rumah Rikho. Letaknya mang tak jauh dari rumahnya. Hanya perlu 20 menitan menggunakan sepeda motor. Setibanya di sana, Vicky hanya menemui Ricky yang terbujur kaku layaknya bangkai yang tak terurus. Dia kemudian membangunkannya dan memintanya segera bergegas merapikan tempat tidurnya tapi dia tampaks sangat tidak bersemangat. Ia hanya bangun sekedar memelekkan matanya yang sembab.
Sambil menikmati segelas teh yang dibawa Isna, adik bungsu Rikho, Vicky dengan cermat mendengarkan cerita dari awal hingga akhir. Tak terasa, segelas teh taklah cukup untuk menemaninya mendengarkan cerita itu. “Kasihan kau Rik” bisik Vicky dalam hatinya. Ia tak tega melihat sahabatnya mengering karena masalah yang memberlitnya.
“Thanks partner. Andekan keluarga juga bisa sepercaya dirimu” Rikho kemudian terdiam. Tersirat di balik matanya kesedihan yang teramat. Kebaikannya yang tak pernah menolak permintaan orang lain kini menjadi aib baginya dan keluarganya hingga tak satupun keluarganya yang menganggapnya ada. Hanya adik perempuannyalah yang selalu ada menemaninya berbagi duka. Ayah dan ibunya masih terpukul dengan masalah itu.
“Jadi, aku ini bukan keluargamu?” usaha Vicky menenangkan sahabatnya. Rikho hanya tersenyum tipis. Semangatnya yang dulu membara setiap mereka berkumpul kini telah hilang.
“Oooohh…ni toch kerjanya mahasiswa klo lagi liburan?” Kejut Ricky yang tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan senyum khasnya.
“Kebetulan kau datang, jadi aku sudah bisa pulang”
“Kampret lho….” Candanya. Mereka bertiga lalu tertawa dengan riangnya melupakan semua masalah yang mereka hadapi. Cerita demi cerita mereka bagi. Tak terkecuali Ricky yang terlihat sedikit perubahan. Dia makin dewasa dibandingkan dua tahun lau.
“Oya, aku sekalian pamit. Besok aku berangkat ke Kalimantan”
“Kuliahmu?” Tanya Ricky
“Kubiarkan saja dulu”
“Apa ndak sebaiknya kamu selesaikan saja sekalian?”
“Nanti saja kalo aku sudah kerja setahun. Lagian, masih ada 2 tahun ko’ masa aktif status kemahasiswaanku ini”
“Jadi, kamu ambil cuti kuliah?” Tanya Rikho
“Nope, takutnya ntar bermasalah”
“Btw, thanks dah datang jauh-jauh hanya buat dengarkan saya curhat parner. Saya masih berpikir bukan saya yang akan membuka gerbang itu tapi orang yang ada di sampingmu itu” sambil menunjuk kea rah Ricky.
“Insya Allah, sebentar lagi gerbang itu aku buka jadi kalian harus ada saat gembok itu terlepas dari rantainya” tegas Ricky meminta kepada Vicky dan Rikho.
“Wait, jangan bilang kalo….”
“Jadi kamu blum tau Vick?” Tanya Rikho
“wkwkwkwk….” Tawa Vicky menggelegar mengangetkan seisi rumah
“Woi…woi….woi…. sadar, ini bukan hutan di mana kau bisa ketawa seenak perutmu!” tegur Ricky
Vicky tak henti-hentinya tertawa, Rikho kemudian ikut-ikutan tertawa dan jadilah Ricky bahan tertawaan mereka. “Si penjajal cinta akhirnya tersungkur juga. Wkwkwkwk…” ledek Vicky di tengah tawanya yang tak henti-hentinya. Rickypun akhirnya tertawa mendengar ledekan temannya. Mang dia tak bisa menyangkal, karena itulah julukannya setelah putus dengan Ana beberapa tahun silam. Tak terhitung jari perempuan yang telah ia perkenalkan kepada sahabat-sahabatnya. Bahkan keluarganyapun tahu beberapa di antaranya.
*****
To BE Continued>>>>
Selasa, 15 Januari 2013
Belatung Hitam
Makanku seadanya, bahkan tak cukup
Sesuap sisa rakusmu ku lahap saja.
Tapi inilah kami, si belatung hitam,
Mengais sisa di emperan rumahmu.
Tidurku cukup, meski tak nyenyak,
Balada malam jadikan selimutku,
Sedang siang, ku mandikan terik surya
Tak keluh kami, si belatung hitam
Di sudut istana megah curianmu
Kulitku mang pekat legam,
Bau pesin senimu di bordil semalam.
Berdagingkan sulaman sampah,
Pun tak hiraukanku,
Si belatung hitam,
Yang berjalan di bawah selangkangmu
Kami tak bodoh,
Meski hanya sebatas tau sebutkan A
Dan spuluh jari nan kotor
Sedang kau tahu sglannya,
Bahkan jumlah kami, si belatung hitam
Tapi,
Kau tak tahu t’lah menelan kami
Si belatung hitam nan nista
Untuk perutmu yang tak pernah kenyang
Atau dompetmu yang tak pernah penuh
Sesuap sisa rakusmu ku lahap saja.
Tapi inilah kami, si belatung hitam,
Mengais sisa di emperan rumahmu.
Tidurku cukup, meski tak nyenyak,
Balada malam jadikan selimutku,
Sedang siang, ku mandikan terik surya
Tak keluh kami, si belatung hitam
Di sudut istana megah curianmu
Kulitku mang pekat legam,
Bau pesin senimu di bordil semalam.
Berdagingkan sulaman sampah,
Pun tak hiraukanku,
Si belatung hitam,
Yang berjalan di bawah selangkangmu
Kami tak bodoh,
Meski hanya sebatas tau sebutkan A
Dan spuluh jari nan kotor
Sedang kau tahu sglannya,
Bahkan jumlah kami, si belatung hitam
Tapi,
Kau tak tahu t’lah menelan kami
Si belatung hitam nan nista
Untuk perutmu yang tak pernah kenyang
Atau dompetmu yang tak pernah penuh
EasyHits4U.com - Your Free Traffic Exchange - 1:1 Exchange Ratio, 5-Tier Referral Program. FREE Advertising!
Sabtu, 12 Januari 2013
MALAM
Pernah skali kau menghilang
Tak menampakkan binar yang kunantikan
Meski lelah tungkai ini tegap
Ku nanti kau hingga fajar menyapaku
Malam berganti, kau tak kunjung hadir
Harap melihatmu tersenyum
Meski redup di balik awan hitam
Atau terang surya oleh rembulan
Ku tunggu, walau keram tengkuk tak tertahan
Ku tahu kau ada di sana, sembunyikan diri
Enggan menyapa aku yang merindu
Hadirmu, binarmu itu
Hanya ingin temanimu, lewatkan malam
Tempatmu bersemayam, atau sendiriku
Menantimu datang, sayang
Kau begitu jauh untuk tangan ini rangkuh
Bahkan mimpiku, mendekatpun tidak
Namun cukup bagiku
Melihatmu, meski redup di balik awan hitam
Atau terang surya oleh rembulan
Malam, kabari dia aku bahagia
Walau kerlipnya lembut,
jenaka manja tak lagi untukku
malam, kabari dia aku bahagia
walau akhir critra tak mesti bersama.
Tak menampakkan binar yang kunantikan
Meski lelah tungkai ini tegap
Ku nanti kau hingga fajar menyapaku
Malam berganti, kau tak kunjung hadir
Harap melihatmu tersenyum
Meski redup di balik awan hitam
Atau terang surya oleh rembulan
Ku tunggu, walau keram tengkuk tak tertahan
Ku tahu kau ada di sana, sembunyikan diri
Enggan menyapa aku yang merindu
Hadirmu, binarmu itu
Hanya ingin temanimu, lewatkan malam
Tempatmu bersemayam, atau sendiriku
Menantimu datang, sayang
Kau begitu jauh untuk tangan ini rangkuh
Bahkan mimpiku, mendekatpun tidak
Namun cukup bagiku
Melihatmu, meski redup di balik awan hitam
Atau terang surya oleh rembulan
Malam, kabari dia aku bahagia
Walau kerlipnya lembut,
jenaka manja tak lagi untukku
malam, kabari dia aku bahagia
walau akhir critra tak mesti bersama.
Minggu, 30 Desember 2012
My New Fav Icon
Ini Icon Fav-ku yang Black and Gray. Hasil belajar corel draw dan photoshop secara autodidak. Hasilnya mang sangat kasar, tapi senang rasanya bisa buat sendiri....
Masih sama dengan yang Black and Gray. bahkan yang Black and Gray tu basicnya dari yang warna ini...
Pasti kalian tau kata apa yang bisa dibentuk dari huruf-huruf di atas. Nach, untuk memastikan kebenaran kata yang kamu pikirkan, silakan tulis di bagian kolom komen yach.....thanks for reading
Rabu, 19 Desember 2012
Hanya Bayang Hitam
Hi, aku adalah Syiwa. Anak semester 14 di salah satu universitas negeri terkemuka d Makassar. Kemarin, aku bertemu teman lama. Bukan, mereka adalah sahabatku semasa SMA dulu. Setiap bulannya, kami memang biasa reunian. Enam orang di antara sahabat karib berkumpul dan berbagi cerita. Semua cerita kami torehkan dalam semalam. Tak tertulis, tak pula terekam tapi terpahat dalam hati kami masing-masing. Aku akan bercerita tentang kisah kami karena ceritanya bakal panjang aku membagi cerita ini dalam beberapa segmen.
Cerita pertama adalah tentang Vicky. Anak negeri kelahiran rantau. Begitulah kami menjulukinya. Hufgh…harus mulai dari mana nich ceritanya?. Binggung sob, soalnya ceritanya saja sudah cukup panjang dan mungkin membosankan buat sebagian orang bahkan aku yang menuliskan cerita ini. Okey, inilah sepenggal cerita tentangnya.
Vicky tampak lelah setelah semalaman berlayar di dunia maya. Menyusuri setiap lembah mencari sesuatu yang bahkan dirinya sendiri tidak tahu. Tangannya ia silangkan di bawah kepala sebagai alas baringnya, kakinya saling tindih dan matanya terpejam rapat. Sesekali, bola mata di balik kelopaknya tampak bergeser dari sisi satu ke sisi lainnya. Keningnya ia kernyitkan bak sedang berpikir. Diam dan mengabaikan segelas kopi panas yang menemani lamunnya.
“Kamu benar-benar bodoh Vick” ujarku memecah lamunannya
“Trus?” jawabnya acuh
“Hmm… Kamu pikir dengan melakukan ini dia akan senang?
“Setidaknya dia tidak tersakiti” balasnya santai
“Saat ini iya” sambil meneguk secangkir kopi yang ada di sampingnya.
“Maksudmu, kelak dia akan tersakiti oleh perlakuanku ini?” lalu bangkit dari baringnya
“Bukan hanya dia, kamu juga akan tersakiti dan menyesal bertindak seperti ini”.
“Cish…jangan ngawur kamu kalo ngomong” balasnya ketus dan kembali merebahkan badannya
“Kamu benar-benar bodoh Vick” ujarku memecah lamunannya
“Trus?” jawabnya acuh
“Hmm… Kamu pikir dengan melakukan ini dia akan senang?
“Setidaknya dia tidak tersakiti” balasnya santai
“Saat ini iya” sambil meneguk secangkir kopi yang ada di sampingnya.
“Maksudmu, kelak dia akan tersakiti oleh perlakuanku ini?” lalu bangkit dari baringnya
“Bukan hanya dia, kamu juga akan tersakiti dan menyesal bertindak seperti ini”.
“Cish…jangan ngawur kamu kalo ngomong” balasnya ketus dan kembali merebahkan badannya
*****
Vicky memang bukan tipe pemikir yang baik. Banyak tindakannya diambil berdasarkan pertimbangan rasa. Aku sebagai sahabatnya pun terkadang bingung dengan alur pikirannya. Kadang, ia terlalu memaksakan diri dan memberikan apa saja yang ia miliki sekalipun itu pasti akan merepotkannya kelak. Bahkan perasaannya rela ia korbankan hanya demi tuntutan-tuntutan yang semestinya tidak ia penuhi.
“Kamu seharusnya tidak melakukan hal-hal yang bisa menyiksamu” saranku
“Melihat orang lain senang itu bukan hal yang bisa menyiksaku Wa” balasnya
“Jadi kamu benar-benar berpikir dia akan senang mengetahui kamu terlauka?” tanyaku. Dia membeku dan matanya terpejam rapat. Hanya keningnya yang mengernyit mengisyaratkan sedang memikirkan kata-kataku.
“Hmm, saya ndak sanggup mengabaikannya Wa. Mungkin kamu benar dia akan sedih melihatku terluka tapi kesedihan itu akan sirna seiring hadirnya orang yang benar-benar ia sayangi”
“Masih berpikir kalo kamu adalah bayang hitam itu? Itulah kenapa aku menganggapmu orang paling bodoh yang pernah aku kenal”
Kamis, 01 November 2012
BUKAN MIMPIKU
Getir jiwaku merana
Kala mimipiku bukanlah mimpiku.
Raut wajah yang hadir kala ku terjatuh,
mengangkat menghempas jiwaku!
Bukan mimipiku ternyata.
Jumat, 12 Oktober 2012
AKU BERPIKIR
Do’aku
takkan ku panjatkan
Niatku
takkan ku haturkan
Hasratku takkan ku tanyakan
Aku berpikir…
Kenalkah aku
akan do’aku?
Tahukah aku akan
niatku?
Kuatkahkah aku
akan hasratku?
Aku berpikir…
Manakah
do’aku?
Manakah
niatku?
Manakah hasratku?
Apakah mungkin
nafsu semata membutakanku?
Bisakah jauh
membuka mataku?
Mampukah helak
nafas terakhir mengantarku?
Atau mungkin
inilah garis tanganku…
Minggu, 08 April 2012
KALA SESAL BICARA
Kembali redup penglihatanku ketika mata lelah
membelalak menatapi kesibukan jalan yang enggan berakhir, Semakin tajam
pikiranku mengingat maka makin jauh jalanku dari tujuan utamaku. Aku memang
sudah tua dalam hal ini, hampir dua tahun menggeluti hidup yang penuh keraguan
dan kebingungan . Tantangan, yahh, tantangan yang pertama aku patahkan di
jurusan Bahasa Inggris,
Selasa, 27 September 2011
Tanpa tajuk
Terlentang tubuh
kaku, di pembaringanku
berharap segera
lepas sadarku, lelah
Lamunku terus
menggelintirkan dengarku
ditengah hening
malam minggu
kututup mataku,
gelap
kupijat sadarku,
lembut
engan teringat masa
silam
semalam bersamamu
semalam bersamamu
terus kupejam
mataku,
menghapus setiap
jejak mimpimu
yang dulunya juga
adalah mimpiku
namun entah, namamu
terus bergema
lalu kurtriakkan
lantang namamu,
terengah nafasku setengah serasa lepas
mengiringi akhir
namamu
yang mungkin juga
akhir dari ingatku.
terlentang kaku
tubuhku, lelah
diantara mimpimu
yang dulu juga mimpiku.
dedicated to someone
Syiwa05
Ternate, 14 Agustus 2011
CLOSE ADS
CLOSE ADS